Enam Belas Februari

Adalah hari dimana Janus Coffee and Library pertama kali dibuka. Kami nggak potong pita atau bikin panggung, apalagi upacara. Waktu itu, kami hanya merayakan dengan sederhana, berbagi kopi dan cerita. Mengenalkan Janus pada setiap pengunjung, bercerita tentang kopi dan perjalanan bisnis kami.

Waktu itu, banyak orang yang penasaran, jadi hanya melihat dari kejauhan. Butuh usaha yang lebih demi menarik perhatian, yang kemudian satu per satu mulai memberanikan diri. Kami tahu kalau nggak semua orang mengenal kopi secara mendalam, sehingga perlu mengedukasi dan memberikan penjelasan kepada mereka perlahan. Tapi, hal ini jadi tantangan tersendiri bagi kami dan tim.

Ada sedikit cerita dibalik terlahirnya Janus. Salah satu founder Janus merupakan penyuka kopi. Sejak kecil, beliau sangat suka dengan kopi. Walaupun sebatas kopi rumahan, hal inilah yang menjadi alasan terkuat untuk mendirikan Janus. Waktu berlalu, semakin besar kecintaan terhadap kopi. Mulai mencari tahu bagaimana kopi itu diproses dan disajikan. Semakin mengerti bahwa sebenarnya banyak kopi yang memiliki kualitas yang lebih baik, memiliki cita rasa yang lebih enak, terlebih pengalaman beliau menikmati kopi di berbagai coffee shop di negeri asing. Semakin kesini, semakin beliau tahu bahwa semua orang juga berhak mengenal minuman ini lebih jauh, semua orang berhak minum kopi lebih enak.

Dari sinilah mulai muncul pemikiran bahwa orang nggak mungkin bosan minum kopi. Ini sudah jadi budaya di negeri kita, bukan? Maka nggak ada salahnya jika mendirikan sebuah coffee shop demi tercapainya cita-cita kecilnya. Butuh waktu beberapa bulan proses pembangunan Janus. Merombak bangunan tua yang sudah cukup lama untuk membersihkannya, mengubah warna dan tata ruangnya. Memberikan sentuhan modern di setiap sudutnya, serta menambahkan pencahayaan dan ornamen-ornamen dekorasi penghias dindingnya.

Setelah semua selesai, kami tersenyum dan mengangguk senang.

Pada hari itu, Jumat, 16 Februari 2018, Janus resmi dibuka.

Scroll to Top